AMBON, SENTRALTIMUR.COM – Bahasa asli daerah di Maluku terancam punah tergerus zaman akibat semakin sedikitnya jumlah penutur asli di kalangan muda, dan kurangnya upaya untuk pelestarian maupun revitalisasi.
“Beberapa bahasa daerah Maluku terancam punah. Ini seharusnya segera diantisipasi karena lama-lama bahasa yang seharusnya menjadi bagian dari kebudayaan menghilang begitu saja,” kata Peneliti Bahasa dari Kantor Bahasa Provinsi Maluku, Harlin Turiah, Rabu (3/11/2021).
BACA JUGA:
Gubernur Murad: Pemberantasan Korupsi Harus Masif dan Terintegrasi – sentraltimur.com
Garuda Indonesia Siap Luncurkan Promo Tes COVID-19 – kliktimes.com
Menurutnya, dibandingkan dengan provinsi lainnya, terutama kawasan timur Indonesia seperti Papua dan Nusa Tenggara Timur, bahasa asli daerah Maluku berada di urutan pertama yang terancam punah seiring perkembangan zaman.
Selain semakin sedikitnya jumlah penutur asli di kalangan muda, kurangnya upaya pemerintah dan masyarakat setempat untuk melestarikan dan melindungi bahasa melalui pembelajaran sehari-hari menjadi faktor utama terhadap punahnya bahasa daerah.
Harlin mencontohkan Bahasa Masarete dari Kabupaten Buru. Saat ini penutur asli bahasa tersebut hanya tersisa satu orang dan usianya sudah lebih dari 80 tahun. Jika pengetahuan berbahasa dan komunikasi Masarete dari penutur asli tidak segera ditransfer maka akan benar-benar punah, seperti halnya bahasa Lowon.
Bahasa Lowon dari Desa Latea, Kecamatan Seram Utara Barat, Kabupaten Maluku Tengah, punah setelah satu-satunya penutur asli bahasa tersebut meninggal dunia lima tahun lalu.
“Salah satu ancaman kebahasaan yang paling besar di Indonesia ada di Maluku. Lebih cepat dibandingkan Papua dan Nusa Tenggara Timur. Karena tidak ada upaya untuk pelestarian maupun revitalisasi dari pemerintah dan masyarakat,” kata dia.
62 Bahasa Daerah Terdata
Dia katakan, saat ini sebanyak 62 bahasa asli daerah Maluku yang telah terdata di Peta Bahasa Kementerian Pendidikan. Di antaranya bahasa Alune, Ambalau, Asilulu, Balkewan, Banda, Barakay, Batulei, Bobar, Boing, Buru, Damar Timur dan Dawelor.
Kantor Bahasa Maluku setahun lalu, mengusulkan Bahasa Koa dengan penutur aslinya adalah Suku Mausu Ane di Maluku Tengah, Bahasa Emar dari Pulau Kesui. Dan Bahasa Taul dari Desa Atiahu, Kecamatan Siwalalat, Kabupaten Seram Bagian Timur untuk menambah 62 bahasa daerah yang telah terdata.
Tahun ini, Kantor Bahasa kembali mengusulkan dua bahasa lainnya kepada Kementerian Pendidikan. Yakni Bahasa Teor dan Bati dari Kabupaten Seram Bagian Timur masuk dalam Peta Bahasa.