banner 728x250

Gempa Susulan Guncang Maluku Tengah 16 Kali, Warga Bermalam di Pengungsian

  • Bagikan
Warga Desa Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah tinggal di lokasi pengungsian pasca gempa, Rabu (16/6/2021). (FOTO: ISTIMEWA)
banner 468x60

AMBON, SENTRALTIMUR.COM – Pasca gempa utama berkekuatan 6,1 magnitudo, Rabu (16/6/2021) siang, gempa susulan sebanyak 16 kali masih mengguncang wilayah kabupaten Maluku Tengah hingga malam.

“Sampai malam mini sudah terjadi 16 kali gempa susulan di Maluku Tengah,” kata Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi Kilomatologi dan Geofisika (BMKG) Ambon, Herlambang Hudha kepada sentraltimur.com, Rabu malam.

Dari 16 gempa susulan yang terjadi, gempa dengan magnitudo 4,3 merupakan gempa susulan terbesar.

Menurut Herlambang belasan gempa susulan itu terjadi karena masih ada energi yang terus dikeluarkan dari dalam bumi setelah gempa utama terjadi.

“Secara teori itu kan gempa besar itu dia akan terus mengeluarkan energi gempa,” ujarnya.

Selama masih ada energi gempa dan tekanan dari dalam bumi, gempa susulan masih akan terjadi.

“Karena masih ada tekanan jadi sampai posisi yang pas kembali jadi dia membutuhkan keseimbangan,” ungkap Herlambang.

Gempa 6,1 magnitudo yang mengguncang wilayah Maluku Tengah diketahui merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal.

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi itu memiliki mekanisme pergerakan sesar turun atau normal fault. 

Warga Mengungsi di Dataran Tinggi

Gempa yang dirasakan sangat kuat getarannya itu merusak puluhan rumah warga di Kecamatan Tehoru.

Akibat gempa, ribuan warga desa pesisir di Kecamatan Tehoru dan sekitarnya memilih mengungsi ke dataran tinggi karena takut bencana gelombang tsunami.

Hingga malam, warga rela tidur beralaskan tikar. Mereka membangun tenda-tenda darurat di gunung sebagai lokasi pengungsian. Terpal dipasang sebagai atap untuk berlindung dari hujan.

Warga yang mengungsi di dataran tinggi di pinggiran hutan desa Tehoru didominasi anak-anak, wanita dan lansia.

Membawa barang berharga dan perbekalan seadanya warga terpaksa tidur di lokasi pengungsian menggunakan penerangan listrik dari mesin genset.

Melewatkan malam di lokasi pengungsian, beberapa warga berkumpul dan bergurau untuk menghilangkan kejenuhan dan trauma akibat gempa. (MMS)

  • Bagikan