AMBON, SENTRALTIMUR.COM – Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Maluku Murad Ismail-Michael Wattimena dikecam aktivis perempuan dan anak.
Closing statement atau pernyataan penutup paslon nomor urut 2 itu dalam debat perdana Pilgub Maluku dinilai merendahkan kaum perempuan.
Debat paslon digelar KPU Maluku di The Natsepa Hotel, Sabtu (25/10/2024). Debat terbuka diikuti paslon nomor urut 1 Jefry Apoly Rahawarin-Abdul Mukti Keliobas, nomor urut 2 Murad Ismail-Michael Wattimena, dan nomor urut 3 Hendrik Lewerisa-Abdulah Vanath.
Closing statement paslon tagline 2M itu dikecam Direktur Yayasan Parakletos Maluku, Elsye Syauta Latuheru. Kecaman diposting di akun TikTok @ongen.tifa.maluku. Video berdurasi 1 menit 52 detik marak dibagikan di media sosial dan viral.
“Saya dipercayakan tadi mengikuti debat pasangan calon gubernur Maluku tahap pertama, sangat meriah dan baik, namun ada satu hal yang cukup membuat kesedihan karena ada closing statement dari pasangan calon nomor urut 2 yang mengajak menusuk pilihan pada nomor dua tapi ada dengan sepenggal kalimat yang menurut saya yang kalau ini ditanggapi cukup berdampak,” kata Elsye.
Elsye heran, Paslon Murad-Michael gunakan diksi “yang di tengah itu sedap” pada closing statement. Pernyataan itu dapat diartikan negatif dan dinilai merendahkan perempuan. “Salah satu pernyataannya adalah pilih nomor dua karena di tengah itu sedap. Itu bahasa yang menurut kami tidak etis, kenapa? Penekanan kalimat sedap itu kalau diartikan secara negatif itu seakan-akan merendahkan perempuan,” kecamnya dalam video yang tayang, Senin (28/10/2024).
Padahal kata dia, debat Pilgub adalah ruang publik yang terbuka. Harusnya pemilihan diksi yang lebih baik dan sopan, karena ada aturan dalam melaksanakan debat harus sopan. “Kenapa harus memilih kata-kata yang bisa membuat bias, membuat pandangan dan tafsiran yang bisa saja negatif,” tegasnya.

Elsye tegaskan, perempuan jangan disakiti dengan pandangan atau pernyataan seperti itu. “Itu tidak baik menurut kami. Jadi sekali lagi ini penyesalan kami bahwa ternyata di ruang publik masih menggunakan kata-kata yang tidak etis untuk mengajak kita meramaikan pesta demokrasi ini,” sentil Elsye.
Debat Paslon perdana Pilgub Maluku menurutnya dirusak dengan pernyataan yang dinilai melecehkan perempuan. “Semua proses yang tadi (debat) yang sebenarnya sudah baik, tapi ada riak kecil itu yang membuat saya sebagai perempuan juga merasa tidak nyaman karena penyataan seperti itu bisa disalah tafsirkan,” sesalnya.
Dalam debat itu, Murad mengawali pernyataan penutup dengan mengucapkan “Sebagai calon gubernur dan wakil gubernur nomor urut 2, 2M, dua laki-laki keren”. Michael melanjutkan dengan mengingatkan masyarakat Maluku tidak golput pada 27 November mendatang. “Katong (kita) datang ke TPS pilih nomor 2. Nomor 2 itu ada di tengah-tengah, tengah-tengah itu sedap,” kata Michael.
Bukan saja aktivis perempuan, closing statement paslon Murad-Michael juga dikecam keras berbagai pihak. “Apa yang diucapkan itu bernada mesum, melecehkan kaum wanita,” kata Lisa dan Nurul, mahasiswa Universitas Pattimura, Selasa (29/10/2024).
Mereka menegaskan sangat tidak pantas kalimat itu dilontarkan calon pemimpin Maluku. “Ucapan itu memalukan, tidak sopan, merendahkan perempuan, tidak pantas keluar dari mulut calon pemimpin di Maluku,” kecam mereka.
Sebagai generasi muda, mereka sangat kecewa dengan paslon Murad-Ismail menggunakan kalimat yang bisa dimaknai mengumbar asusila. “Ucapan itu mengandung makna negatif, tidak mendidik kami sebagai generasi muda,” ketus Lisa dan Nurul.
Sementara itu, sejumlah ASN di Pemprov Maluku dan Pemkot Ambon mengingatkan KPU dan Bawaslu Maluku menegur paslon yang mengucapkan kalimat tidak pantas saat debat. “Pernyataan penutup paslon nomor urut 2 itu memalukan. Selayaknya, marwah debat Pilgub dijaga karena dari debat ini masyarakat bisa menilai kualitas calon pemimpin Maluku lima tahun ke depan,” kata mereka.
Selain menyampaikan visi misi kata mereka, debat Pilgub menjadi kesempatan bagi para paslon adu gagasan dan program kerja, jangan tercoreng dengan pernyataan yang tidak pantas. “Pernyataan “yang di tengah itu sedap” yang diucapkan pada closing statement bagi katong (kita) orang Maluku sudah tahu menjurus kemana. Itu kalimat yang tidak senonoh, tidak layak diucapkan,” kecam mereka.
Debat publik bukan hanya ditonton masyarakat Maluku tapi juga luar Maluku. Pernyataan itu bisa menjustifikasi begitu rendahnya kapasitas calon pemimpin Maluku. “Debat disiarkan langsung di tv dan live streaming di youtube, apa kita tidak malu pemirsa yang di luar Maluku melihat rendahnya kualitas calon pemimpin Maluku,” tegasnya.
Menurut mereka polemik yang muncul dari debat paslon ini bukan hanya indikasi pertanyaan debat yang bocor menguntungkan paslon nomor urut 2, tapi ucapan paslon tersebut maknanya mesum. “Secara sosial ucapan itu tidak sesuai dengan norma, tidak sesuai dengan nilai, bahkan menyinggung dan merendahkan perempuan. Seharusnya semua pernyataannya yang disampaikan harus dipertanggungjawabkan dan akuntabel,” kata mereka. (TIM)
Ikuti berita sentraltimur.com di Google News