AMBON, SENTRALTIMUR.COM – Ratusan rumah warga di sejumlah desa di kecamatan Pulau Gorom, kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku terancam rusak menyusul gelombang tinggi yang terus menerjang wilayah tersebut sepekan terakhir.
Ratusan rumah warga yang terancam hancur itu berada di desa-desa pesisir bagian timur pulau tersebut.
Saleh Tianotak salah satu tokoh pemuda Seram Bagian Timur menuturkan beberapa rumah warga bahkan ada yang rusak akibat diterjang gelombang tinggi dan akhirnya mengungsi ke rumah keluarga mereka yang lebih aman.
“Ada rumah-rumah warga yang rusak akibat gelombang tinggi ini,” ujarnya tanpa merinci jumlah kerusakan dihubungi, Jumat (28/5/2021) malam.
Mantan Ketua Bawaslu Seram Bagian Timur ini menyebutkan, selain di Kecamatan Pulau Gorom, gelombang tinggi juga mengancam rumah-rumah warga di sejumlah desa di kecamatan lain seperti di kecamatan Teor, Kian Darat, dan kecamatan Kesui.
Menurutnya gelombang tinggi di sejumlah kecamatan tersebut telah menjadi ancaman tahunan bagi warga di desa-desa tersebut.
Khusus di kecamatan Pulau Gorom, kata Saleh, belasan desa yang rumah warganya terancam hancur akibat terus diterjang gelombang tinggi. Sampai Jumat (28/5/2021) gelombang tinggi masih terus menerjang desa-desa pesisir di wilayah timur pulau tersebut.
“Belasan desa bagian timur Pulau Gorom yang terus dihantam gelombang tinggi seperti desa Namalean, Inali, Usun, Buan, Rumanama, Adar semua tak luput dari terjangan ombak,” katanya.
Kondisi di desa-desa di kecamatan Pulau Gorom itu semakin diperparah, karena dari belasan desa yang diterjang gelombang tinggi, sebagian besar desa belum dibangun talud penahan gelombang oleh pemerintah daerah.
“Banyak desa di sini tidak punya talud penahan gelombang termasuk di desa kami di desa Namlean,” ujar Saleh.
Terjangan ombak di desa Namalean direkam dan diposting Saleh Tianotak di akun Facebook-nya Chale Tianotak, Kamis (27/5/2021).
Dalam rekaman video itu gelombang tinggi disertai angin kencang menghantam sejumlah pohon kelapa di bibir pantai. Bahkan dari foto yang juga diunggah, sejumlah pohon kelapa di pesisir pantai tumbang. Tinggi gelombang juga mengancam rumah-rumah warga yang berada di tepi pantai.
Salah satu warga desa Namalean, Umar Kapitan Namalean mengaku kejadian gelombang tinggi yang terjadi di desa-desa di wilayah itu setiap tahun selalu terjadi.
“Ini sekarang musimnya dan kondisi ini akan terjadis sampai tujuh bulan ke depan,” kata Umar dinukil sentraltimur.com dari rekaman video yang diunggah akun Facebook Chale Tianotak.
Dia meminta pemkab Seram Bagian Timur segera membangun talud penahan gelombang di desanya dan juga desa-desa di wilayah itu sebab banyak rumah warga yang rusak saat ini dan terancam hancur akibat diterjang gelombang tinggi.
Hingga saat ini belum ada perhatian dari pemerintah maupun BPBD atas kejadian itu, padahal banyak rumah warga yang rusak. Selain itu banyak tanaman warga juga tumbang akibat disapu gelombang.
“Sampai saat ini pemkab belum turun, BPBD juga cuek padahal banyak rumah warga yang sudah rusak. Kami mohon pemerintah tolong bantu kami bangun talud jangan biarkan rumah-rumah hancur,” harapnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Seram Bagian Timur, Usman Keliobas yang dihubungi berulang kali tidak merespon.
Kepala BPBD Provinsi Maluku, Henri Farfar meminta warga di wilayah itu agar lebih waspada dengan gelombang tinggi dan cuaca ekstrem yang terus terjadi.
“Kami mengimbau warga agar lebih waspada. Memang di SBT kondisinya ekstrem sekali, tapi sejauh ini kami belum mendapat laporan resmi,” ujarnya. (MMS)