BULA, SENTRALTIMUR.COM – Gazali Keliolan dan Mardiana Idris berlinang air mata. Pasangan suami istri itu masih merasakan duka mendalam.
Bayi lelaki yang dilahirkan Mardiana Idris meninggal dunia di Puskesmas Geser kecamatan Seram Timur, kabupaten Seram Bagian Timur, Selasa (25/5/2021).
Usianya belum genap dua hari, ajal begitu cepat datang menjemputnya. Buah hati pasangan suami istri itu dilahirkan di Puskesmas Geser, Senin (24/5/2021).
Bayi malang itu dilahirkan melalui persalinan normal. Tetapi tubuh hingga lehernya terlilit tali pusar.
Dia juga diduga menderita gejala asfiksia neonatorum sebab saat dilahirkan tidak terdengar suara tangisan. Gejala atau kondisi ini menyebabkan bayi kekurangan oksigen selepas lahir yang dapat berakibat fatal.
Pasca dilahirkan, bayi tidak secepatnya mendapatkan pertolongan medis. Petugas medis Puskesmas Geser membiarkan bayi itu tanpa penanganan serius.
Kondisi itu membuat Pasutri ini panik dan cemas akan keselamatan bayinya.
“Saya lihat, kok mereka (petugas medis) hanya berdiri diam melihat kondisi anak saya itu. Tidak ada tindakan (medis) apa-apa,” kata Gazali Keliolan, ayah bayi tersebut melalui sambungan telepon seluler, Rabu (26/5/2021).
Kondisi semakin parah karena bayi yang kesulitan bernapas tidak dipasangai ventilator atau alat bantu pernapasan. Bayi itu butuh dipasangai oksigen untuk membantu atau memperlancar pernapasan. Alasan petugas medis tidak memasang oksigen lantaran listrik padam.
Kecewa dengan pelayanan Puskesmas Geser, tidak putus asa Gazali Keliolan meminta bantuan biang atau dukun beranak untuk menolong anak keempatnya itu.
Bayi itu sedikit membaik setelah ditangani biang. Suara tangis bayi pun pecah. Orang tua dan kerabat bayi dibuat lega. “Kami berpikir sudah normal karena (bayi) sudah menangis,” ujar Gazali Keliolan.
Tapi itu tidak berlangsung lama. Pada malam harinya, bayi yang masih dirawat di Puskesmas Geaer itu menangis lagi lebih keras.
Orang tuanya pun kembali panik. Tapi, petugas medis Puskesmas masih bersikap tak acuh, tidak memberikan penanganan serius. Oksigen pun belum kunjung dipasang, padahal listrik PLN sudah menyala.
Untuk kedua kalinya, Gazali Keliolan meminta bantuan biang menolong bayinya. Hingga Selasa (25/5/2021), Puskesmas Geser belum memberikan penanganan medis secara intensif. Sementara kondisi bayi belum menunjukkan perubahan positif.
Bukannya memberikan pelayanan intensif, Puskemas Geser justeru menyampaikan kepada keluarga untuk merujuk bayi itu ke RSUD Bula.
“Ini nyata, Abang. Nyata terjadi di SBT. Bahkan mereka mau rujuk tanpa (bayi dipasangi) oksigen,” kata Ratna, seorang kerabat Pasutri tersebut.
Kecewa dengan buruknya pelayanan Puskesmas Geser, keluarga Pasutri itu menghubungi Wakil Bupati SBT, Idris Rumalutur menyampaikan masalah tersebut.
Menanggapi laporan itu, Idris Rumalutur menghubungi pihak Puskesmas Geser. Tak lama kemudian, mesin genset dihidupkan untuk memasok kebutuhan listrik. Oksigen pun dipasang pada bayi tersebut.
Keluarga bayi malang itu mengaku sangat kecewa, lantaran lambannya penanganan medis oleh pihak Puskesmas. Bahkan, untuk memasang oksigen pun harus diadukan ke Wakil Bupati SBT Idris Rumalutur.
Pemasangan oksigen untuk membantu pernapasan bayi tidak berlangsung lama. Saat listrik PLN menyala, pemasangan oksigen menggunakan pasokan listrik dari PT. PLN.
Namun ketika listrik PLN padam, bayi tidak lagi dipasangi oksigen, alasannya mesin genset mengalami kerusakan.
Akibatnya, kondisi bayi kembali memburuk hingga menghembuskan nafas terakhir Selasa malam sekira pukul 20.00 WIT di Puskesmas Geser.
Kematian bayi itu menyusul buruknya pelayanan Puskesmas Geser tidak hanya diprotes keluarga korban. Warganet juga mengecam Puskesmas Geser di media sosial. (ADI)