banner 728x250

Status Waspada Dicabut, Bupati Malteng Imbau Warga Kembali ke Rumah

  • Bagikan
Ribuan warga Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah tinggal di tenda-tenda darurat di lokasi pengungsian akibat gempa bumi, Rabu (16/6/2021). (FOTO: BPBD Malteng)
banner 468x60

AMBON, SENTRALTIMUR.COM – Bupati Maluku Tengah Tuasikal Abua mengimbau kepada warga yang rumahnya tidak mengalami kerusakan akibat gempa, namun saat ini masih mengungsi di hutan dan dataran tinggi segera kembali ke rumah masing-masing.

Menurut Abua saat ini imbauan menjauhi pesisir pantai yang sempat disampaikan pascagempa 6,1 magnitudo, Rabu (16/6/2021) di wilayah itu telah dicabut kembali oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang memiki otoritas kegempaan dan tsunami.

“Saat ini status potensi tsunami dan larangan menjauhi pesisir pantai telah dicabut oleh BMKG. Jadi kepada warga yang rumahnya tidak rusak sudah bisa kembali lagi,” kata Abua dihubungi sentraltimur.com, Jumat (18/6/2021).

Dia katakan, saat ini ribuan warga di Kecamatan Tehoru dan Teluti yang masih mengungsi di hutan dan di dataran tinggi.

Abua bersama sejumlah kepala dinas terkait telah meninjau dan mendata kebutuhan para pengungsi di lokasi pengungsian.

“Untuk kebutuhan pengungsi sudah disalurkan, mulai dari tenda, terpal, selimut, obat-obatan hingga kebutuhan pangan dan air bersih,” ujarnya.

Larangan bagi warga menjauhi pesisir pantai dicabut oleh BMKG, Kamis (17/6/2021).

Kepala  Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Maluku Tengah Abdul Latif Key juga mengimbau agar warga yang rumahnya tidak mengalami kerusakan kembali ke rumahnya.

“Memang masih ada gempa susulan tapi sudah kecil getarannya. Jadi warga yang rumahnya yang hanya rusak ringan atau tidak rusak sama sekali bisa kembali ke rumah. Status tsunami dan menjauhi pantai sudah dicabut BMKG, jadi sudah bisa kembali,” katanya.

Dari data yang diterima BPBD, jumlah rumah warga yang mengalami kerusakan akibat gempa di wilayah itu berjumlah 227 unit. Jumlah itu terdiri dari rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat.

“Sampai sore ini data rumah yang mengalami kerusakan akibat gempa berjumlah 227 unit,” katanya.

Khusus soal penanganan tanggap darurat, Abdul jelaskan, telah menyalurkan bantuan kepada warga di sejumlah lokasi pengungsian.

Bantuan yang disalurkan itu mulai dari tenda, terpal, tikar, selimut, bahan pangan hingga air bersih.

“Kami juga baru menyalurkan bantuan lagi ke sejumlah titik pengungsian termasuk sembako dan air bersih,” katanya.

Meski BMKG telah mencabut larangan bagi warga menjauhi pesisir pantai, warga masih tetap bertahan di lokasi pengungsian karena rumahnya rusak.

“Saya dan keluarga tidak bisa lagi kembali karena rumah kami rusak berat,” kata Hamsal Kinlihu, salah eorang warga Dusun Mahu, Desa Tehoru, Jumat sore.

Banyak warga di dusun tersebut rumahnya mengalami kerusakan akibat gempa dan saat ini masih memilih mengungsi di hutan dan dataran tinggi.

“Di dusun kami banyak rumah warga yang rusak, ada 20 yang rusak berat dan sisanya rusak ringan dan sedang. Kami mengungsi bukan hanya karena takut (tsunami) tapi rumah kami rusak,” ujarnya.

Gempa bumi berkekuatan 6,1 magnitudo mengguncang Kabupaten Maluku Tengah, Rabu (16/6/2021) pukul 13.43 WIT.

Gempa menyebabkan terjadinya tsunami setinggi 0,5 meter. Gempa juga menyebabkan ratusan rumah warga di Kecamatan Tehoru mengalami kerusakan.

Selain itu sebuah masjid dan sebuah gereja di Desa Saunalu juga mengalami kerusakan ringan. Termasuk sebuah sekolah di Tehoru.

Gempa juga menyebabkan terjadi patahan di sepanjang pantai dusun Mahu, Desa Tehoru dan merusak talud penahan gelombang sepanjang 300 meter di desa tersebut.

Pascagempa, warga desa di pesisir Kecamatan Tehoru dan Telutih serta sejumlah warga di Masohi, ibu kota Kabupaten Maluku Tengah memilih mengungsi ke dataran tinggi. (MMS)

  • Bagikan