banner 728x250

Antisipasi Gempa dan Tsunami di Tehoru, Kepala BMKG Minta Perbanyak Jalur Evakuasi

  • Bagikan
Antisipasi Gempa
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menandai peta wilayah sebaran patahan di Dusun Mahu, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah, Sabtu (4/9/2021). Pesisir pantai Dusun Mahu longsor ke dalam laut akibat gempa tektonik disertai tsunami pada 16 Juni 2021. (FOTO: ANTARA)
banner 468x60

MASOHI, SENTRALTIMUR.COM – Antisipasi gempa dan tsunami, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meminta Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah memperbanyak jalur evakuasi di Desa Tehoru. Langkah ini untuk mempermudah warga evakuasi mandiri jika terjadi gempa dan tsunami.

Permintaan itu Dwikorita sampaikan saat mengunjungi Tehoru dan Dusun Mahu yang diguncang gempa tektonik magnitudo 6,0 pada 16 Juni 2021.

BACA JUGA:

Polres Tanimbar Tangkap 4 Warga Terlibat Narkoba, Satunya Wanita – sentraltimur.com

Hadiri Pertemuan Dewan Menteri OECD, Mendag: Indonesia Berpotensi Jadi Superpower Dunia – kliktimes.com

Gempa tektonik dengan episenter terletak pada koordinat 3,42 LS , 129,57 BT. Atau berlokasi di laut pada jarak 69 km arah Tenggara Kota Masohi. Dengan kedalaman 19 kilometer itu juga menyebabkan tanah amblas di Mahu dan Yaputih dan tinggi muka air naik 0,5 meter.

Wakil Bupati Malteng Marlatu Leleury, Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar Darmawan. Dan Kepala BPBD Maluku Henri Far-Fa ikut melihat pesisir pantai Dusun Mahu yang amblas ke laut.

Dwikorita bersama tim BMKG dan Badan Geologi Bandung membuka peta wilayah sebaran patahan di Tehoru untuk mencocokkan lokasi pada peta.

Perbanyak Jalur Evakuasi

Ia dan rombongan bersama masyarakat juga berjalan dari pesisir pantai Tehoru. Untuk menentukan zona aman bagi warga melakukan evakuasi mandiri dan antisipasi jika terjadi gempa dan tsunami.

Ia meminta Kepala Desa Tehoru Hud Silawane berkoordinasi dengan BPBD Maluku Tengah membuat lebih banyak jalur evakuasi menuju titik aman. Agar warga tidak berdesakan saat evakuasi mandiri menuju titik kumpul.

“Lebih banyak jalur evakuasi malah lebih baik. Mengingat hasil pemodelan kecepatan tsunami tiba di pesisir pantai desa ini hanya lima menit,” katanya.

Dwikorita juga melihat lokasi kanal air laut yang masuk menjorok hingga ke belakang puluhan rumah warga sebagai area. Lokasi ini berpotensi terjadi likuefaksi karena merupakan tanah berlumpur dan berpasir.

“Konstruksi bangunan rumah di sekitar kanal bisa cek kembali. Karena kalau terjadi gempa besar berpotensi terjadi likuefaksi di lokasi itu,” katanya.

Sedangkan untuk warga Mahu, Dwikorita meminta warga berhati-hati saat beraktivitas di sekitar bibir pantai yang telah amblas ke laut. Sebab potensi gempa bisa terjadi kapan saja, dan daerah itu rawan patahan atau longsor dibawah laut.

Dwikorita Minta Perbaiki Jalur Evakuasi

Dwikorita juga meminta Pemkab dan BPBD Maluku Tengah untuk memperbaiki rambu jalur evakuasi dan titik kumpul. Karena berdasarkan hasil tinjauan dan asesmen di lapangan, ada rambu yang tidak sesuai. Malah berdampak menimbulkan bencana sekunder akibat berada di dekat sungai.

  • Bagikan