AMBON, SENTRALTIMUR.COM – Partai Golkar Provinsi Maluku akan segera menggelar Musyawarah Daerah (Musda).
Gawe akbar ini untuk menata organisasi Partai Golkar di Maluku seiring berakhirnya masa kepengurusan periode 2020-2025 pada Maret mendatang.
Dinamika di tubuh Golkar Maluku beberapa pekan terakhir mulai memanas jelang pengujung masa jabatan Ramly Umasugi sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Provinsi Maluku.
“Pasca Munas Partai Golkar pada 21 Agustus 2024 lalu, Golkar di seluruh Indonesia mulai menata diri dalam lingkup organisasi termasuk juga di Maluku, salah satu agenda partai adalah Musda,” kata salah satu fungsionaris DPD Partai Golkar Maluku kepada sentraltimur.com, Rabu (8/1/2025).
Musda menjadi momen mencari nakhoda baru Golkar di Maluku periode 2025-2030. “Musda Golkar provinsi adalah forum pengambilan keputusan tertinggi di provinsi yaitu memilih ketua (DPD) baru untuk periode lima tahun ke depan,” jelasnya.
Kepemimpinan Ramly bakal berakhir, sehingga wajar saat ini bermunculan sejumlah nama calon ketua Golkar Maluku. Meski begitu, calon ketua Golkar Maluku menurut dia, tidak hanya memiliki kemampuan leadership, tapi lebih dari itu cakap atau memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
“Lima tahun terakhir Golkar Maluku terpuruk karena lemahnya leadership, dampaknya dalam kontestasi politik Golkar Maluku gagal mencapai target,” ungkap kader Golkar yang wanti-wanti namanya tidak disebutkan.
Target Golkar meraih kursi DPR RI pada Pileg 2024 kembali nihil. Begitu pun kursi DPRD Provinsi Maluku, Golkar gagal mempertahankan perolehan kursi. Dari 6 kursi pada periode 2019-2024, Golkar kehilangan 2 kursi di DPRD Maluku. “Periode 2024-2029 perolehan Golkar anjlok, hanya mendapatkan 4 kursi sehingga kita kehilangan posisi unsur pimpinan DPRD,” sebutnya.
Bukan itu saja, lanjut dia, DPRD kabupaten Buru, Golkar yang awalnya miliki 8 kursi remuk hanya menyisakan 3 kursi. Padahal selama 20 tahun, Golkar menjadi langganan pemenang Pemilu legislatif di DPRD Buru.
Mencengangkan dan mencoreng nama besar Golkar lantaran Buru selama ini dikenal sebagai pendulang suara, basis Golkar. Apalagi Ramly Umasugi merupakan mantan ketua Golkar Buru dan mantan bupati Buru dua periode.
Babak belur di “kandang” sendiri berlanjut, 2 kursi Golkar di DPRD Maluku pun melayang di Pileg 2024 lalu. Golkar tanpa perolehan kursi meliputi dapil Buru dan Buru Selatan.
Mengejutkan, kondisi serupa dialami Golkar di beberapa kabupaten/kota di Maluku. Golkar juga hancur-hancuran di Pilkada serentak pada 27 November 2024. Target kemenangan 60% Golkar Maluku hanya mencapai 49%.
Belum lagi suasana di tubuh DPD Golkar Maluku, kader seperti patah arang setelah partai yang dibanggakan mencatat serangkaian hasil buruk di tahun politik 2024.
“Rentetan catatan buruk itu, semangat kader untuk aktif berpartai dikepemimpinan Ramly sudah kendor. Kami harus jujur karena kami cinta partai ini sehingga jika DPP Partai Golkar mau serius dalam melakukan evaluasi, Ramly Umasugi sudah harus diberikan tempat baru menjadi dewan pembina Partai Golkar Maluku,” tegasnya.
Dia berharap Ramly Umasugi legowo, Golkar Maluku dipimpin kader Golkar yang potensial sebagai bentuk regenerasi di tubuh partai berlambang pohon beringin ini.
Boy Layak Pimpin Golkar Maluku
Sementara itu, fungsionaris DPD Golkar Maluku lainnya menegaskan, Golkar punya segudang kader yang siap membesarkan partai ini untuk meraih kejayaan di Maluku.
Dari sederat nama calon ketua, nama Boy Sangadji mencuat dan layak menggantikan Ramly Umasugi menakhodai Golkar di Maluku. Sebagai kader muda, Boy Sangadji merupakan sosok yang dibutuhkan Golkar Maluku.