banner 728x250

Dinkes: Kasus HIV/AIDS di Ambon Melonjak

  • Bagikan
KASUS MELONJAK
banner 468x60

AMBON, SENTRALTIMUR.COM – Angka kasus HIV/AIDS meningkat signifikan di Kota Ambon.
“Dalam menangani kasus HIV/AIDS Kota Ambon kita melakukan screening dengan cara menjemput bola di tempat-tempat yang berisiko terjadinya penularan HIV,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Ambon Wendy Pelupessy di ruang Vlisingen Balai Kota, Rabu (13/9/2023).

Dinkes Ambon telah menyiapkan beberapa puskesmas yang siap untuk melakukan pemeriksaan terhadap warga kota yang ingin memeriksa atau menderita virus HIV atau tidak.

“Kita deteksi dini sejak beberapa tahun lalu. Oleh karena itu kita menemukan kasus HIV/AIDS yang lebih tinggi. Dengan deteksi dini kita temukan lebih banyak dalam kondisi HIV. Sehingga ketika yang bersangkutan minum obat ARV secara teratur, dia tidak jatuh dalam kondisi AIDS yang bisa menyebabkan kematian,” jelas Pelupessy.

Dikatakan, ketika seseorang dengan HIV kemudian minum obat secara teratur, orang tersebut bisa beraktivitas seperti biasa dan memperpanjang hidupnya.

Karena itu, Dinkes bergerak cepat untuk mendeteksi. “Bayangkan fenomena gunung es. Ketika kita tidak mendeteksi dan menganggap aman-aman saja, ternyata di bawah ini terjadi penularan yang luar biasa. Sehingga kita berada dalam kondisi yang sulit untuk mengendalikan penyakit ini,” jelasnya.

Penularan HIV AIDS, kata Pelupessy, paling banyak melalui seks bebas. Ada juga melalui jarum suntik narkoba dan dari ibu ke anak.

“Penularan melalui jarum suntik narkoba, namun sudah jarang.  Kemudian dari ibu ke anak, itu sudah tidak lagi kita temukan, karena skrining betul-betul ditetapkan di rumah sakit dan Puskesmas. Kita antisipasi dengan mewajibkan semua Puskesmas melakukan deteksi dini HIV kepada ibu hamil, penderita TBC dan semua pasien diabetes melitus,” terang Pelupessy.

Penularan melalui seks bebas ini menyangkut dengan perilaku. Oleh karena itu, diingatkan untuk tidak melakukan seks bebas. Jika melakukan, diingatkan untuk menggunakan kondom. “Jika ada temuan, untuk mempercepat proses pemutusan mata rantai penularan akan dilakukan screening lanjutan,” ucapnya.

Pelupessy ingatkan, harus disadari penyakit ini tidak bisa sembuh. Ketika kasus naik, tidak mungkin langsung hilang. Angkanya akan berkurang ketika yang bersangkutan meninggal dunia.

Pelupessy menyebutkan angka kumulatif kasus HIV dari tahun 1994 di kota Ambon sebanyak 2.370 orang. “Jadi sejak 1994-2023 ada 2.370 untuk kasus HIV. Untuk kasus AIDS, angka kumulatif 993 dan yang masih minum obat sampai sekarang 1.176,” rincinya.

Dari Januari sampai Agustus 2023, setelah dipilah yang ber-KTP Kota Ambon dan bukan KTP kota Ambon ditemukan 184 kasus baru.

“Ambon memiliki angka yang cukup tinggi, karena merupakan ibu kota provinsi mobilitasnya sangat tinggi. Banyak orang masuk keluar kota Ambon, sehingga kota Ambon sendiri yang ber E-KTP kota Ambon 94 kasus baru. Ini sudah by name by address. Untuk yang luar kota Ambon termasuk kabupaten kota lain di Maluku dan dari luar Maluku, sebanyak 90 orang. Yang 94 by name by address dan itu diobati dan di pantau. Yang dari luar kota Ambon juga tetap ditangani, diobati dan dipantau minum ARV oleh Dinas Kesehatan dan teman-teman komunitas bimbingan konseling dan pengobatan HIV,” tutur Pelupessy.

Pelupessy menegaskan obat diberikan gratis dan persediaan ARV cukup. ”Pemkot Ambon bergerak cepat untuk kita bisa obati, sehingga usia harapan hidup mereka lebih baik dan mereka bisa beraktivitas seperti kita orang yang sehat. Hanya memang di dalam tubuhnya itu ada virus HIV,” kata Pelupessy. (ADI) 

Ikuti berita sentraltimur.com di Google News

  • Bagikan