“Ada peningkatan kepadatan sampah domestik atau sampah rumah tangga. Terutama sampah plastik di Teluk Ambon dalam 20 tahun terakhir,” katanya.
Presentase kelimpahan sampah di delapan lokasi pantai di Teluk Ambon. Terbanyak berada di Desa Poka (47,42 persen), disusul Hative (17,04 persen), Kate-Kate (11,73 persen), Waiheru (9,28 persen), Tawiri (6,9 persen). Berikut Lateri (4,34 persen), Halong (2,49 persen) dan Desa Passo (0,78 persen).
Peningkatan kepadatan sampah dan limbah mengakibatkan terjadinya ledakan alga berbahaya di Teluk Ambon. Dinamika ledakan alga jenis Pyrodinium bahamense pernah mencapai lebih dari 10 juta sel per liter.
“Non-toxic alga Gonyaulax spp pernah meledak di Teluk Ambon bagian dalam pada 2019 dan 2020,” kata Christ.
IJTI Maluku menginginkan perubahan perilaku masyarakat untuk bisa lebih peduli sehingga masalah sampah di Kota Ambon bisa tertangani bersama.
Christ berharap dengan aski ini masyarakat akan lebih sadar lagi untuk menjaga kelestarian lingkungan laut agar tetap bersih. “Kita juga akan menanam bibit mangrove yang dipusatkan di pesisir pantai Lateri, kecamatan Baguala,” katanya. (MAN)