AMBON, SENTRALTIMUR.COM – Heboh seorang warga terkena suspek cacar monyet atau monkeypox menjalani perawatan di rumah sakit Siloam, Ambon.
Kabar itu beredar luas di media sosial. Pesan berantai tersebar di whatsapp menyebutkan bahwa penderita penyakit langka tersebut menjalani perawatan medis di RS Siloam.
Informasi itu menghebohkan warga dan netizen di kota Ambon. Ternyata kabar tersebut hoax semata atau berita bohong.
“Kabar yang beredar bahwa di rumah sakit itu telah dirawat pasien monkeypox, kami sudah koordinasi, dan direktur rumah sakit tersebut sudah melakukan klarifikasi bahwa tidak ada pasien monkeypox yang dirawat,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Ambon, Wendy Pelupessy kepada awak media di gedung DPRD Kota Ambon, Selasa (10/9/2024).
Dia memastikan kabar tersebut adalah hoax. “Untuk kasus monkeypox di Kota Ambon belum ditemukan, sehingga masyarakat di Kota Ambon tidak dibuat resah dan heboh dengan monkeypox. Ini adalah berita hoax,” tegasnya.
Pasien yang dikabarkan sebagai pasien monkeypox berasal dari Kabupaten Seram Bagian Barat yang memeriksakan diri di rumah sakit Siloam dengan gejala penyakit kulit.
Pelupessy mengatakan untuk memastikan sesorang terjangkit monkeypox hanya dapat diketahui lewat pemeriksaan laboratorium, dan di Indonesia hanya ada 11 laboratorium yang menjadi rujukan untuk pemeriksaan monkeypox.
“Sehingga kalau ada suspek di Ambon, pasien diambil spesimen kemudian dikirim ke laboratorium baru bisa dinyatakan bahwa seseorang itu menderita nonkeypox,” jelasnya.
Pelupessy menjelaskan, penyakit monkeypox disebabkan oleh virus dan ciri-cirinya hampir sama dengan cacar air, yakni dengan timbulnya bintik–bintik berisi cairan pada kulit.
Penyakit ini tidak ditularkan melalui pernapasan atau melalui udara, tapi percikan air liur, kontak kulit, dan hubungan seksual. “Angka kematian akibat monkeypox itu sangat rendah. Penyakit ini disebabkan oleh virus, dan pasien bisa menyembuhkan dirinya sendiri apabila daya tahan tubuh kuat,” kata Pelupessy.
Penyakit ini diikuti gejala demam tinggi, panas, nyeri dan sebagainya. “Itu yang kita redakan melalui obat–obatan namun untuk virus itu memang tidak ada obatnya,” jelas dia.
Pelupessy berharap, masyarakat di kota Ambon tidak panik dan khawatir berlebihan menghadapi informasi yang beredar.
Dia meminta masyarakat tetap menjaga Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS), dengan makan makanan bergizi, berolahraga, serta istirahat yang cukup agar daya tahan tubuh tetap terjaga.
Periode Invasi Cacar Monyet
Untuk memutus rantai penyebaran monkeypox, masyarakat perlu mengetahui gejala dan cara mencegah cacar monyet. Cacar monyet sendiri adalah penyakit yang disebabkan oleh virus zoonosis, alias ditelurkan dari hewan ke manusia. Virus ini pertama kali menyebar di kawasan Afrika Tengah dan Barat
“Awalnya cacar ini ditemukan pada manusia yang berkontak dengan hewan seperti tikus atau hewan pengerat lain, meski belum terbukti [ditularkan dari tikus ke manusia]. Saat ini juga ditemukan penularan antara manusia,” ujar dr. Ifael Y. Mauleti, konsultan penyakit tropik dan infeksi di Eka Hospital BSD menukil kumparan.com.
Ilfael menyebut, virus ini bisa menular lewat udara pernapasan, percikan ludah, luka kulit, atau objek yang terkontaminasi cairan tubuh penderita penyakit cacar monyet. Ketika seseorang terinfeksi cacar monyet, pasien akan mengalami serangkaian gejala seperti demam, nyeri, pembengkakan pada nodus limfa dan ruam pada kulit.
Penyakit yang tergolong langka ini juga dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti pneumonia hingga kematian. Sebelum menimbulkan gejala, cacar monyet biasanya membutuhkan masa inkubasi selama 6 sampai 16 hari.
Ilfael bilang, periode inkubasi ini biasanya terbagi menjadi 2 tahap. Pertama periode invasi, di mana dalam kurun 5 hari sejak gejala dimulai pasien akan mengalami demam, sakit kepala intens, pembengkakan nodus limfa, nyeri punggung, nyeri otot hingga kekurangan energi.