banner 728x250

Membangun Maluku: Cerita dari Telepon Gubernur Terpilih

  • Bagikan
TELEPON GUBERNUR
Ikhsan Tualeka, Mahasiswa Sekolah Kajian Strategik dan Global Universitas Indonesia. (ISTIMEWA)
banner 468x60

Catatan Ikhsan Tualeka

Mahasiswa Sekolah Kajian Strategik dan Global Universitas Indonesia

Langit Jakarta terlihat kelabu hari itu. Musim hujan mulai datang. Guyurannya menjadikan jalanan basah, dan gedung-gedung tinggi seolah pasrah menerima takdir alam.

Di tengah hiruk pikuk kota ini, kehidupan terus berjalan dengan berbagai aktor di dalamnya yang masing-masing memainkan perannya.

Sama dengan jalanan dan gedung, di Jakarta banyak orang tidak memperdulikan hujan. Tukang ojek online tampak tetap gagah menembus hujan, hanya bersenjatakan jas hujan tipis. Meski tameng pelindung itu tak banyak membantu.

Pedagang kaki lima dengan payung sebagai atap tetap berdiri teguh di sisi trotoar, menunggu pembeli yang tidak kunjung datang. Mereka semua berjuang, mungkin bukan hanya melawan hujan, tetapi juga sistem yang menuntut mereka terus bergerak untuk bertahan hidup.

Dari dalam sebuah hotel mewah di kawasan Senayan, saya memperhatikan pemandangan ini sambil menyeruput kopi panas. Saya mengamati mereka yang sedang berusaha menaklukan alam demi menafkahi keluarga kecil di rumah.

Pikiran saya dipenuhi pertanyaan: apakah semua ini murni perjuangan atau mereka adalah korban dari sistem yang tak berpihak?

Di tengah renungan itu, telepon genggam saya tiba-tiba berdering. Di layar, muncul nama yang tak asing: Hendrik Lewerissa.

Nama ini langsung memacu adrenalin saya. Bung Hendrik, seorang teknokrat senior dan politisi asal Maluku, baru saja memenangkan Pilkada Maluku versi hasil hitung cepat beberapa hari lalu.

Selama beberapa bulan terakhir, perhatian saya lebih banyak tertuju pada Pilkada Jakarta. Hanya sesekali saja saya mendengar kabar tentang Pilkada Maluku, itupun lewat grup WhatsApp sesama orang Maluku.

Namun, hati kecil saya berharap Bung Hendrik bisa terpilih. Sosoknya, dengan rekam jejak yang solid dan visi-misi yang inspiratif, memang memberi harapan besar bagi masa depan Maluku.

Tak punya afiliasi politik dengan kandidasi Pilkada Maluku, beberapa hari jelang pencoblosan, sebagai aktivis yang terlibat dalam pemajuan HAM dan demokrasi, tanpa diminta, saya ikut menjernihkan penyebaran foto-foto yang ingin membunuh karakter Bung Hendrik karena masuk kampanye hitam.

Baca juga :  Menang Pilkada Maluku, Lawamena Silaturahmi dengan Raja se-Pulau Ambon

Ketika telepon itu masuk, saya tak menyangka Bung Hendrik yang pasti sibuk setelah pencoblosan menyempatkan waktu untuk menghubungi saya. Perasaan terhormat bercampur kaget menyelimuti malam itu.

Apalagi malam di Ambon pasti lebih larut lagi, dapat telepon dari Gubernur Maluku terpilih adalah sesuatu. Saya sadar diri bukan termasuk tim inti kesuksesan beliau melangkah ke pucuk pimpinan Maluku dalam lima tahun mendatang.

Pesan Kolaborasi dan Sinergi

Percakapan kami dimulai dengan ucapan selamat dan doa saya untuk kepemimpinan beliau. Dengan nada rendah hati, Bung Hendrik membalas penuh optimisme. Ia bahkan mengajak saya untuk turut serta dalam upaya membangun Maluku.

“Maluku ini milik katong samua. Maju atau tidaknya, semua tergantung katong. Jadi, mari katong bersinergi dan berkolaborasi jua,” ucapnya.

Kalimat itu langsung menggugah semangat saya. Saya yakin, akan ada banyak generasi Maluku lain yang juga ditelpon oleh Bung Hendrik setelah dipastikan sebagai pemenang Pilkada Maluku 2024.

Apa yang dilakukan Bung Hendrik tentu saja selain menunjukan kerendahan hati, juga dapat menjadi titik tolak yang baik dalam memulai kepemimpinan.

Pendekatan Bung Hendrik jelas mencerminkan cara berpikir yang inklusif. Ia paham bahwa Maluku tak bisa dibangun dengan cara-cara lama yang eksklusif. Sebaliknya, partisipasi kolektif adalah kunci. Semua elemen masyarakat, dari elite hingga rakyat biasa, harus bergandengan tangan.

Jurus “kolaborasi dan sinergitas” yang ditunjukan Bung Hendrik sekaligus mencerminkan kesadaran intelektualnya bahwa cara cara ekslusif, sikap seolah raja-raja kecil tidak bisa lagi diandalkan untuk membangun Maluku.

Sebaliknya, semua elite harus bisa legowo dan mulai bersikap inklusif. Membangun komunikasi, menghidupkan jaringan seluas-luasnya dan melibatkan orang sebanyak-banyaknya.

Partisipasi masif sudah tentu beban kerja ringan, produktivitas tinggi, dan akan berdampak. Artinya, kalau memang semua sudah bisa menggabungkan jurusnya, bukan tidak mungkin harapan dan impian agar Maluku bisa keluar dari problem kemiskinan akut, krisis ekonomi, serta ketertinggalan kualitas pendidikan bisa terealisasi secepatnya.

Baca juga :  Menang Pilkada Maluku, Lawamena Silaturahmi dengan Raja se-Pulau Ambon

Membangun Maluku yang Lebih Baik

Melalui telepon tersebut, Bung Hendrik menunjukkan bahwa dirinya bukan hanya seorang pemimpin, tetapi juga seorang pendengar.

Ia ingin melibatkan sebanyak mungkin pihak untuk menghadirkan solusi bagi masalah Maluku: kemiskinan, krisis ekonomi, dan pendidikan yang tertinggal.

TELEPON GUBERNUR
Pasangan Hendrik Lewerissa-Abdullah Vanath pemenang Pilgub Maluku 2024 versi quick count. (ISTIMEWA)

Pikiran saya melayang pada masa depan Maluku. Jika semangat kolaborasi ini benar-benar diwujudkan, tak ada alasan bagi Maluku untuk terus tertinggal.

Optimisme saya semakin tumbuh, terutama setelah melihat rekam jejak beliau sebagai aktivis dan politisi yang matang.

Pelajaran dari Jakarta

Setelah sepuluh menit berlalu, percakapan kami berakhir. Telepon itu menyisakan banyak harapan, tetapi juga membawa saya kembali pada renungan awal. Mengapa orang Jakarta tetap gigih mencari nafkah meski diterpa hujan deras?

Mungkin jawabannya sederhana: Jakarta adalah kota yang menuntut perjuangan tanpa henti. Tak ada tempat bagi mereka yang malas dan tak bersemangat.

Maluku, saya pikir harus belajar dari mentalitas ini. Semangat kerja keras dan keberanian melawan tantangan adalah hal yang perlu diadopsi untuk membawa Maluku maju.

Harapan Baru untuk Maluku

Telepon dari Bung Hendrik bukan sekadar panggilan biasa. Itu adalah simbol dari awal yang baru, langkah pertama menuju Maluku yang lebih baik.

Dengan pendekatan yang inklusif, semangat kolaborasi, dan visi yang jelas, saya yakin Maluku dapat keluar dari bayang-bayang masalah yang selama ini membelenggu.

Bung Hendrik dan semua generasi Maluku yang peduli punya peluang besar untuk menciptakan perubahan nyata. Seperti hujan yang membersihkan jalanan Jakarta, semangat ini dapat menyapu bersih hambatan dan membawa Maluku pada masa depan yang cerah.

Mari kita semua bergandengan tangan, karena seperti kata Bung Hendrik, “Maluku ini milik katong samua.” (***)

Ikuti berita sentraltimur.com di Google News 

  • Bagikan