banner 728x250

Nestapa Pasien Kritis, Meninggal Setelah 5 Jam Tertahan di Dermaga Waipirit

  • Bagikan
Ilustrasi aktivitas penyeberangan antarpulau di Maluku. (FOTO: ISTIMEWA)
banner 468x60

Di tengah kekhawatiran yang memuncak, Yuniati mengaku sempat meminta sopir mengeluarkan mobil ambulance dari antrian menuju Puskesmas terdekat untuk mencari oksigen tambahan.

Sebab kata dia oksigen yang dipasang di ayahnya tersisa 1.000 liter, dan itu tidak akan cukup untuk membantu ayahnya ke Ambon.

“Kita dari Masohi dengan oksigen 3.000 liter, sampai di dermaga Hunimua itu saya pantau terakhir tersisa 1.000 liter. Kebetulan saya kerja di kesehatan normalnya itu per menit 5 liter oksigen tapi karena kondisi darurat terpaksa kita turunkan jadi 2 liter per menit dan itu membuat kondisi ayah saya semakin kritis, dan tak sadarkan diri,” ungkapnya.

Yuniati mengaku ayahnya baru bisa menyeberang setelah ada kapal lain masuk ke dermaga Waipirit sekira pukul 21.00 WIT. Kapal itu berlayar menuju dermaga penyeberangan Hunimua, Pulau Ambon sekira pukul 21.48 WIT.

“Itu pun setelah kita naik ke kapal tidak langsung berangkat, karena alasan pegawai ASDP air surut jadi belum bisa berangkat,” katanya.

Karena kondisi tersebut nyawa ayahnya tidak tertolong. Tiba di RS Al Fatah Ambon, ayahnya meninggal dunia.

“Bapak meninggal dunia di RS Al Fatah Ambon. Seandainya tidak terlambat di dermaga Waipirit mungkin nyawanya masih bisa tertolong,” ujar Yuniati. (MMS)

  • Bagikan