banner 728x250

Nestapa Warga Pedalaman Pulau Seram, Ditandu 37 Km Demi Melahirkan di Puskesmas

  • Bagikan
Nestapa Seram
Yuliana Lasattira warga Desa Huku Kecil Kecamatan Elpaputih, Kabupaten Seram Bagian Barat harus ditandu sejauh 37 km demi melahirkan di Puskesmas Elpaputih. (FOTO: ISTIMEWA)
banner 468x60

Setelah itu Yuliana tandu dari desa Huku Kecil menuju puskesmas di Desa Elpaputih. Perjalanan mulai sekira pukul 10.00 WIT.

Menurut Hengky sekitar 20 anggota keluarga membawa Yuliana dari desanya. Mereka bergantian menandu Yuliana menyusuri hutan lebat menuju puskesmas.

“Jarak dari desa ke Puskesmas itu sekitar 37 km. Jadi kita berjalan kaki itu sekitar 6 jam karena kita tiba (di puskesmas) jam 4 sore,” katanya.

Mereka menyusuri jalan setapak di hutan, menyeberangi beberapa sungai dan beristirahat sejenak.

Perjalanan membawa Yuliana kembali lanjutkan. Butuh waktu lebih dari dua jam lamanya hingga akhirnya rombongan tiba hutan Desa Elpaputih.

“Tiba di tepi sungai, Pak Camat Elpaputih dan beberapa tenaga medis sudah menjemput. Pertolongan pertama lakukan, pemasangan infus di tubuh Yuliana,” kata Hengky.

Di hutan itu, mobil ambulans telah menunggu dan setelah tiba Yuliana di bawa ke puskesmas Elpaputih.

“Kita bawa sampai di ujung jalan sudah ada mobil ambulans menjemput kira-kira jaraknya 1 km menuju puskesmas,” katanya.

Kisah ibu hamil dari kampung-kampung pegunungan di Elpaputih tandu warga puluhan km menuju puskesmas untuk proses persalinan bukanlah kejadian pertama.

Sebelumnya kejadian serupa juga pernah terjadi. Sejumlah ibu hamil bahkan keguguran hingga ada yang meninggal di hutan dalam perjalanan menuju Puskesmas Elpaputih.

Kasus Menimpa Yuliana Kerap Terjadi

“Kejadian seperti ini sudah berulang kali terjadi. Beberapa waktu lalu itu ibu hamil berumur 20 tahun itu juga meninggal saya juga ikut membawanya ke puskesmas,” ujar Hengky.

Kondisi miris dan memprihatinkan selalu menimpa warga di wilayah itu bukan tanpa alasan. Kejadian berulang itu bahkan telah berlangsung puluhan tahun lalu dan luput dari perhatian pemerintah. 

Menurut Hengky ketiadaan akses jalan, jembatan dan fasilitas kesehatan. Berupa puskesmas, pustu dan tenaga medis di desa Huku Kecil dan desa-desa lainnya membuat kejadian seperti itu kerap terjadi.

“Sioo… di Huku Kecil dan desa-desa lainnya di wilayah pegunungan itu tidak ada puskesmas. Tidak ada tenaga medis dan tidak ada jalan. Listrik juga tidak ada, jika ada yang sakit atau hamil harus tandu menuju puskesmas,” ungkapnya.

Jumlah kepala keluarga (KK) di Desa Huku Kecil tercatat 75 KK. Warga di desa ini pun selama ini hidup dalam kondisi serba sulit karena keterbatasan akses. Mayoritas penduduk desa warga miskin dan selama ini terisolasi.

“Warga di sini sangat susah mungkin karena (jumlah) kita sedikit jadi pemerintah tidak mau melihat kita di sini,” ujarnya.

Hengky berharap pemerintah menggunakan nurani melihat berbagai masalah yang terjadi di desa tersebut agar masyarakat dapat merasakan keadilan. Dan tidak selalu mengutuk takdirnya karena berada dalam situasi serba sulit.

“Kalau bisa lihat kita, pakai nurani agar bisa merasakan penderitaan warga di sini. Jangan ada kepentingan saja baru datangi kami di sini,” katanya.

Tak Ada Puskesmas

Camat Elpaputih, Ulis Nahuway mengakui Yuliana tandu keluarganya menuju Puskesmas Elpaputih. Karena di desa Huku Kecil tidak ada fasilitas kesehatan maupun tenaga medis.

Selain di Huku Kecil beberapa desa di pegunungan di wilayah itu juga belum tersentuh pembangunan. Seperti di Desa Abio, Ahiolo, Imabatai dan beberapa desa lainnya.

“Betul di sana ada beberapa desa itu tidak ada puskesmas dan tenaga medis. Dulu itu memang pernah ada bidan di Desa Huku Kecil. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi saya tidak tahu apakah dia diberhentikan atau mengundurkan diri,” ungkapnya.

Ulis memilih berjalan kaki untuk menjemput Yuliana yang sedang hamil karena tak ingin sesuatu terjadi pada warganya itu.

  • Bagikan