banner 728x250

Nestapa Warga Seram Selatan Pasca Ambruknya Jembatan Kawanua: Terisolir, Listrik Padam & Jaringan Telepon Terputus

  • Bagikan
PASCA JEMBATAN
Lumpuhnya akses darat pasca ambruknya jembatan kawanua, warga di kecamatan Telutih menaiki longboat menuju ibu kota kecamatan Tehoru, kabupaten Maluku Tengah, Selasa (11/7/2023). (FOTO: ISTIMEWA)
banner 468x60

AMBON, SENTRALTIMUR.COM – Banjir bandang menerjang jembatan Kawanua di desa Saunulu, kecamatan Tehoru, kabupaten Maluku Tengah, Senin (10/7/2023) dini hari.

Jembatan terpanjang di wilayah Pulau Seram Selatan itu sudah dua hari tidak lagi bisa dilintasi kendaraan bermotor. Dua bentangan yang berada di bagian tengah jembatan sepanjang 120 meter ambruk.

Konstruksi besi yang sebelumnya berdiri kokoh, terseret arus sungai Kawanua yang meluap hingga menutupi badan jalan jembatan sepanjang 520 meter itu.

Jembatan yang menjadi ikon Seram Selatan itu mulai dibangun tahun 2006. Anggaran pembangunan berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) kabupaten Malteng. Meski anggaran seret, infrastruktur perhubungan darat itu akhirnya rampung dibangun tahun 2015.

Ambruknya jembatan Kawanua telah memutuskan akses jalan nasional di wilayah Seram Selatan. Jembatan itu merupakan penghubung puluhan desa di kecamatan Tehoru, Telutih (Malteng) dan kecamatan Siwalalat serta Werinama, kabupaten Seram Bagian Timur (SBT).

Terpanjang di Seram Selatan, jembatan Kawanua menjadi destinasi warga maupun pengendara yang melintas. Mereka kerap mengabadikan momen melalui telepon seluler berfoto ria atau selfie. Kini hanya tinggal kenangan setelah banjir bandang merobohkan jembatan tersebut.

Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Maluku, S. Bambang Widyarta bersama anggota DPRD kabupaten Malteng telah berada di lokasi jembatan Kawanua, Selasa (11/7/2023), hanya bisa melihat “amukan” sungai Kawanua.

Keinginan BPJN untuk penanganan darurat guna memulihkan akses transportasi darat terhalang tingginya debit air di sungai Kawanua. Jika dimungkinkan secara teknis dan cuaca mendukung, penanganan sementara dilakukan dengan pemasangan jembatan bailey sebagai jembatan darurat.

“Penanganan darurat akan dipasang jembatan bailey untuk menghubungkan akses darat di Seram Selatan. Namun sementara belum memungkinkan karena debit air di sungai Kawanua masih tinggi,” kata Anggota Komisi III DPRD Provinsi Maluku Anos Yeremias kepada sentraltimur.com.

Kondisi cuaca yang tidak bersahabat sulit dipastikan kapan penanganan darurat untuk memulihkan akses darat dapat dilaksanakan. Terputusnya jalur darat menyulitkan masyarakat di wilayah tersebut menuju Masohi, ibu kota kabupaten Malteng maupun sebaliknya.

Transportasi Laut

Masyarakat terisolir pasca ambruknya jembatan Kawanua. Untuk menuju ibu kota kecamatan Tehoru, warga yang nekat harus bertaruh nyawa menaiki longboat menerjang cuaca ekstrem dan tinggi gelombang laut.

Penduduk yang mendiami Seram Selatan untuk sementara kembali menjalani hari-hari dengan keterbatasan seperti puluhan tahun lalu ketika akses jalan belum dibuka di wilayah itu. Transportasi laut menjadi satu-satunya armada menuju ibu kota kecamatan Tehoru ketika itu. Kini masa-masa sulit puluhan tahun lalu terulang kembali.

Masyarakat yang menghuni puluhan desa, mulai dari desa Saunolu (Malteng) hingga desa-desa di Werinama (SBT) kini terpaksa menggunakan longboat untuk menuju desa Mahu yang merupakan tetangga desa Saunolo. Sementara desa-desa yang berdekatan dengan Mahu, warga memilih menaiki ketinting.

Dari negeri (desa) Mahu, warga melanjutkan perjalanan darat menggunakan mobil angkutan umum menuju Tehoru maupun Masohi, ibu kota kabupaten Malteng. Putusnya akses darat berdampak pada tingginya biaya transportasi. Warga harus merogoh kocek lebih dalam untuk menuju tempat tujuan.

Maman, seorang warga menuturkan menggunakan transportasi laut untuk menuju tempat tujuan. Dari Negeri Tehua, kecamatan Telutih, Malteng, dia menaiki longboat menuju Negeri Mahu. “Tujuan saya ke Ambon berangkat dari Tehua menuju Mahu menggunakan longboat,” ujarnya, Selasa.

Kapasitas angkut longboat sembilan orang penumpang. Setiap penumpang membayar ongkos perjalanan Rp 50.000. Selain mengangkut penumpang, armada laut berbahan fiber itu juga mengangkut sepeda motor.  

Tiba di Mahu, Maman melanjutkan perjalanan menuju Masohi melalui jalur darat. Dia membayar jasa perjalanan angkutan umum sebesar Rp 100.000.

Menurutnya akibat terputusnya jembatan Kawanua, warga dari desa Tehua yang akan menuju Masohi harus mengeluarkan biaya mencapai Rp 200.000. “Biasanya dari Tehua ke Masohi melalui akses darat cuma Rp 150.000 per orang, sekarang naik jadi Rp 200.000. Bagi kami yang ekonominya pas-pasan selisih harga itu tergolong besar,” jelas Maman.

  • Bagikan