banner 728x250

Tak Kebagian Tenda, Pengungsi Kebakaran Mardika Tidur di Tanah Beralaskan Terpal

  • Bagikan
KEBAGIAN TENDA
Puluhan pengungsi korban kebakaran di kawasan Mardika, kota Ambon mengeluhkan harus tidur di atas tanah di tenda darurat, Rabu (14/12/2022). (FOTO: ISTIMEWA)
banner 468x60

AMBON, SENTRALTIMUR.COM – Puluhan pengungsi korban kebakaran di kawasan Mardika, kota Ambon harus tidur di atas tanah.

Mereka hanya beralaskan terpal karena tidak kebagian menempati tenda pengungsian yang dibangun pemerintah di dekat lokasi kebakaran.

Lebih dari 800 pengungsi korban kebakaran menempati sekitar 10 tenda darurat yang dibangun pemerintah kota Ambon dan pihak lainnya.  Banyaknya pengungsi yang menempati tenda-tenda darurat membuat sejumlah pengungsi lain terpaksa harus tinggal di sebuah tenda tidak layak yang dibangun sendiri dengan kondisi sangat memperihatinkan.

Sedangkan sebagian lagi memilih menumpang di rumah-rumah saudaranya. Tenda yang ditempati puluhan pengungsi hanya tertutup di bagian atas. Sedangkan untuk pengalas tanah dipasang terpal. Di atas terpal itulah, sekitar 20 pengungsi tidur berdesakan setiap harinya. 

Kebakaran hebat melanda kawasan Mardika, kecamatan Sirimau, kota Ambon, Jumat (9/12/2022) sekira pukul 03.30 WIT. Musibah itu menyebabkan ratusan bangunan termasuk rumah, kios dan sepeda motor warga hangus terbakar. Selain itu dua orang meninggal dunia dan seorang lagi mengalami luka bakar. 

Anjas salah satu pengungsi mengaku setiap malam dia dan puluhan pengungsi yang tidak kebagian tenda pengungsi harus bertahan di luar tenda hingga siang hari.

“Setiap malam kita sekitar 20 orang lebih tidur di sini karena tempat di dalam (tenda) penuh,” kata Anjas, Rabu (14/12/2022).

Umumnya para pengungsi yang menempati tenda darurat tersebut adalah lelaki. Namun beberapa anak-anak dan perempuan juga kerap mendatangi tenda tersebut untuk tidur di siang hari karena tenda yang mereka tempati sangat panas.  

“Kalau perempuan dan anak-anak biasanya juga tidur di sini. Tapi saat siang hari karena di dalam itu panas sekali, ibu hamil juga ada yang sering tidur di sini,” ujarnya sambil menunjuk seorang wanita hamil yang terbaring bersama anaknya.

Sementara itu Mida (40), ibu hamil yang memilih tidur di terpal di luar tenda mengaku tidak bisa tidur siang di dalam tenda yang ditempatinya lantaran penuh sesak dan panas. “Di dalam terlalu sesak dan panas saya tidak tahan. Jadi kalau siang saya sering tidur di sini,” ujarnya.

Meski harus tidur di atas tanah beralaskan terpal, namun itu membuatnya merasa nyaman daripada tidur siang di dalam tenda yang sangat panas. “Kalau saya sering tidur siang di sini, anak-anak juga tidak bisa tidur di dalam karena kepanasan,” ujarnya.

Para pengungsi berharap pemerintah bisa menyediakan kipas di dalam tenda agar mereka tidak kepanasan saat siang hari. “Harapan kami bisa sediakan kipas angin karena panas sekali. Namun kalau siang tidak ada listrik itu juga masalahnya,” kata Mini pengungsi lainnya.

Butuh Selimut

Selain mengeluhkan kondisi tenda yang panas, pengungsi juga mengeluh banyak dari mereka yang belum mendapat bantuan selimut. Padahal selimut sangat dibutuhkan para pengungsi untuk menghangatkan tubuh di waktu malam.

“Kita sampai saat ini belum dapat selimut, yang lain sudah dapat tapi kita belum. Apakah memang jumlahnya terbatas,” heran Salma di lokasi pengungsian.

  • Bagikan