AMBON, SENTRALTIMUR.COM – Perbuatan oknum polisi ini sungguh keterlaluan. Bripda Jeisly Metahelumual, anggota Polres Buru Selatan mencekoki miras dan menganiaya tiga orang anak di kota Ambon, Maluku.
Ketiga korban inisial JS (17), CK (16) dan JT (15). Penganiayaan terjadi di kawasan Halong Baru, Kecamatan Baguala, Senin dini hari (15/7/2024).
Salah satu korban penganiayaan JS menuturkan sebelum aksi penganiayaan terjadi, mereka dicekoki miras oleh oknum polisi tersebut. “Awalnya dia (pelaku) suruh temannya beli sopi (miras), lalu dia memaksa kita minum bersama di lapangan GOR Halong Baru,” kata JS kepada sentraltimur.com, Rabu (17/7/2024).
Usai dicekoki miras, dia dan dua rekannya bersama pelaku bergegas ke lokasi nonton bareng di kawasan Halong untuk menyaksikan laga final Euro 2024 antara Inggris melawan Spanyol. “Kita pergi sama-sama dengan pelaku untuk nobar pertandingan Inggris dan Spanyol,” ujarnya.
Asik nonton, pelaku keluar dan menggebuk korban JT yang sedang menonton dari luar ruangan tempat nonton bareng. JS dan JT sendiri masih memiliki hubungan saudara. Sedangkan pelaku merupakan tetangga ketiga korban.
“Pertama pelaku pukul adik saya (JT), setelah itu dia suruh temannya panggil saya dengan alasan mau antar adik saya pulang ke rumah karena sudah mabuk,” ungkapnya.
Karena dipanggil pelaku, JS meninggalkan lokasi nonton bareng menemui pelaku dan adiknya. Namun pelaku kembali menghajar keduanya hingga babak belur. “Dia pukul saya dan adik saya di bagian wajag, kepala perut dan dada berulang kali. Dia juga injak kepala saya dan kepala adik saya berulang kali sampai kita bermandikan darah,” ungkapnya.
Tak puas menganiaya kedua korban di lokasi nonton bareng, Bripda Jeisly kembali membawa JS dan JT ke rumah kosong milik kakek pelaku yang berada tak jauh dari lokasi nobar.
Bukannya menghentikan aksi brutalnya, di sana, kedua korban kembali dianiaya. Sebelum digebuk, pelaku meminta JT berdiri dengan sikap sempurna sambil menaruh kedua tangannya di belakang. “Adik saya diminta berdiri dan tangan di belakang, lalu dia pukul kita berdua dari perut berulang kali,” kata JS.
“Adik saya sampai terjatuh, pelaku menyerang adik saya di bagian muka dengan lututnya,” sambung dia.
Setelah dianiaya hingga bermandikan darah, JT berhasil kabur yang membuat pelaku semakin murka. Bripda Jeisly yang masih dipenuhi emosi dan amarah meminta temannya memanggil korban CK menghadapnya. “Saat CK dating, pelaku memukul dan menendangnya berulang kali sampai terbentur di tembok. CK juga diinjak di bagian kepala,” tutur JS.
Saat korban JT berhasil melarikan diri, Bripda Jeisly semakin marah. Dia meminta temannya mencari korban JT. “Karena korban pertama adik saya sudah lari dia suruh temannya cari lagi dan dia ancam saya dan CK kalau JT tidak ditemukan dia akan siksa saya dan CK sampai pagi,” ungkapnya.
Setelah aksi keji pelaku, JS dan CK pulang ke rumah sempoyongan. Tiba di rumah JS menceritakan perbuatan Bripda Jeisly kepada orangtuanya. Di rumah, beta cerita ke bapak dan mama,” katanya.
David Sahetapy ayah kandung JS telah melaporkan kejadian itu ke polisi untuk diproses hukum. “Saat itu juga saya langsung lapor ke kantor polisi,” katanya.
Ketiga korban termasuk anaknya JS sempat dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan medis usai kejadian. “Tiga-tiganya masuk rumah sakit,” sebutnya.