banner 728x250

Tiga Wilayah di Maluku Rawan Gempa dan Tsunami

  • Bagikan
Gempa dan
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati (depan tengah) hari pertama kunjungan kerja di Ambon, Kamis (2/9/2021). (FOTO: SENTRALTIMUR.COM)
banner 468x60

AMBON, SENTRALTIMUR.COM – Tiga wilayah rawan bencana gempa dan tsunami di Provinsi Maluku, yaitu Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, dan Seram Bagian Barat.

Tiga daerah itu akan dikunjungi Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc. Ph.D. selama kunjungan kerjanya di Maluku.

BACA JUGA:

Bahas Kemiskinan Ekstrem di Maluku, Wapres: Tantangan Terbesar Kita Bukan Anggaran – sentraltimur.com

Menteri BUMN Erick Thohir: BUMN Buka Kolaborasi Komunitas Kreatif – kliktimes.com

Dwikorita tiba di Kota Ambon, Kamis (2/9/2021). Mantan rektor universitas Gadjah Mada sambut di VIP Bandara Pattimura Ambon oleh Wakil Gubernur Maluku Barnabas Nathaniel Orno, Plh Sekda Sadli Ie, Kepala BPBD Hendrik Far-Far, dan Asisten Intelijen Kejati Maluku Muji Martopo.

Wilayah Maluku Rawan Gempa

Rita, sapaan Dwikorita, rencananya berada di Maluku selama lima hari. Dia akan melakukan survei di tiga daerah rawan bencana gempa dan tsunami.

Hari pertama, Rita meninjau pantai Dusun Air Manis Negeri Laha, Kantor BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Pattimura Ambon, Tanjung Martafons Kampung Pisang, pantai Rumah Tiga, pantai Hutumuri dan sirene tsunami di Waihaong.

Kedatangan Rita untuk mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami juga melakukan verifikasi peta bahaya. Dan mengecek kondisi rute evakuasi masyarakat, saat terjadi bencana menuju kawasan aman (titik kumpul).

“Biar pada saat terjadi gempa, evakuasi warga berlangsung cepat dan aman,” kata Rita.

Atas nama pemerintah daerah Maluku, Kepala BPBD Maluku Hendrik Far-Far menyampaikan terima kasih kepada Rita dan rombongan yang sudah berkunjung di Maluku.

Sebagai unit teknis, BPBD Maluku selalu siap berkoordinasi dan bekerja sama menindaklanjuti informasi BMKG ke masyarakat Maluku.

“Tujuannya agar masyarakat selalu sigap ketika menghadapi bencana. Mengingat, kondisi alam selalu berubah di setiap saat,” jelasnya.

Kepala Stasiun Geofisika Ambon Herlambang Huda mengatakan komitmennya membantu pemerintah daerah dan masyarakat Maluku.

Ia katakan gempa bumi dan tsunami di Maluku memiliki karakteristik berbeda dari daerah lain. Ini karena Maluku merupakan kawasan kepulauan dan mempunyai beberapa sesar, yang berpotensi aktif lalu menimbulkan gempa.

Sesar atau patahan merupakan bidang batas antara dua fraksi kulit bumi yang mengalami gerakan relatif. Sesar biasanya merupakan daerah yang relatif lemah, mengalami retakan, atau terdapat celah.

“Secara historis, di tahun 1899 terjadi gempa besar di pulau Seram. Warga di sana (Seram) menyebutnya sebagai Bahaya Seram, kemudian di tahun 1647 juga. Berdasarkan sejarah ini, kami sangat memperhatikan kondisi kegempaan di Maluku,” jelas Herlambang. (ANA)

  • Bagikan