AMBON, SENTRALTIMUR.COM – Aksi unjuk rasa puluhan mahasiswa Papua memperingati 60 tahun deklarasi kemerdekaan Papua Barat berakhir ricuh.
Kericuhan berlangsung di depan monumen Gong Perdamaian Dunia di Kota Ambon, Rabu (1/12/2201).
Ricuh terjadi setelah polisi mencoba membubarkan aksi massa yang terus berorasi menyuarakan kemerdekaaan Papua, namun ditentang pengunjuk rasa.
BACA JUGA:
Kesal, Warga Waraloin Tumpah 2 Ton Beras di Depan Kantor Desa – sentraltimur.com
Menteri Keuangan: Realisasi Belanja Per Oktober Rp 2.058,9 Triliun – kliktimes.com
Akibatnya saling dorong antara mahasiswa dan aparat kepolisian tak dapat terhindari. Suasana semakin memanas, setelah sejumlah aparat berpakaian preman mencoba mengamankan sejumlah pengunjuk rasa dalam aksi demo tersebut.
Dalam kericuhan itu sejumlah pendemo dipukuli orang tak dikenal.
Puluhan mahasiswa yang menyuarakan kemerdekaaan Papua itu terdiri dari Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua Indonesia (AMPTPI) dan Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI-WP).
Dalam aksinya, pengunjuk rasa menuntut agar pemerintah Indonesia memberikan kebebasan kepada rakyat Papua untuk menentukan nasibnya sendiri.
“Berikan hak menentukan nasib sendiri sebagai solusi demokrati bagi bangsa West Papua,” teriak salah seorang pengunjuk rasa.
Pengunjuk rasa meminta pemerintah mencabut undang-undang otonomi khusus jilid II. Pendemo juga mendesak penarikan aparat TNI, Polri dari tanah Papua dan penghentian segala bentuk diskriminasi dan kekerasan terhadap warga Papua. Dan berbagai bentuk pelanggaran HAM lainnya.
Tuntut Bebaskan Tahanan Politik Papua
Selain itu para pengunjuk rasa juga mendesak pembebasan segera sejumlah tahanan politik Papua tanpa syarat.