SENTRALTIMUR.COM – Sejarah kerajaan Islam di Maluku Utara dimulai sejak abad 8. Kerajaan Tidore dan Ternate tumbuh, tapi hancur akibat konflik internal dan intervensi kolonial.
Tanda-tanda kemunculan Islam di daerah Maluku Utara dapat diketahui melalui naskah kuno seperti hikayat. Hikayat tersebut antara lain Hikayat Hitu, Hikayat Bacan, dan hikayat-hikayat lainnya.
Menurut M.S. Putuhena sebagaimana dikutip dalam buku Sejarah Masuknya Islam di Maluku (2012), masuknya Islam di Maluku Utara diperantarai oleh empat syekh dari Irak (Persia) pada abad ke-8 M.
Keempat syekh tersebut yaitu Syekh Mansur yang mengajarkan Islam di Ternate dan Halmahera Muka. Syekh Yakub mengajarkan islam di Tidore dan Makian. Syekh Amin dan Syekh Umar mengajarkan Islam di Halmahera Belakang, Maba, Patani dan sekitarnya.
Proses pengislaman dilakukan melalui jalur atas dan bawah. Jalur atas yang dimaksud adalah proses pengislaman melalui penguasa saat itu. Sedangkan jalur bawah adalah proses pengislaman melalui usaha perorangan di tengah masyarakat.
Pada abad ke-15, raja Ternate (1465-1486) Kolano Kaicil Marhum telah memeluk Islam. Agama Islam kemudian terus menyebar dan dianut oleh berbagai lapisan masyarakat hingga kelembagaan kerajaan.
Agenda islamisasi terus tumbuh dan semakin mapan dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Maluku Utara. Kerajaan bercorak Islam yang ada di Maluku Utara, yakni kerajaan Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan.
Kesultanan Ternate
Kesultanan Ternate menjadi salah satu kerajaan Islam terbesar di Nusantara (1570-1610 M). Dikutip melalui jurnal berjudul Kesultanan Ternate dan Tidore (2017), Masyur Mulamo adalah raja pertama Ternate yang memerintah pada tahun 1257-1272 M.
Kolono Marhum menjadi raja Ternate pertama yang memeluk Islam setelah mendapat seruan dakwah dari murid Sunan Giri bernama Datu Maulana Husein.
Setelah Kolano Marhum wafat, ia digantikan oleh putranya, Zaenal Abidin, yang merupakan lulusan sekolah agama Islam Gresik asuhan Sunan Ampel. Pada masa inilah gelar kolano (raja) diganti menjadi Sultan.
Kesultanan Ternate mencapai masa keemasaannya pada pemerintahan Sultan Babullah. Tak hanya berhasil mengusir Portugis, Kerajaan Ternate juga berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke pulau Sulu, Filipina.
Ditandatanganinya perjanjian dengan VOC pada tahun 1683 oleh Sultan Sibori menandai tamatnya kedaulatan Kesultanan Ternate. Sejak saat itu, Kesultanan Ternate sepenuhnya dikendalikan oleh VOC.